Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Kita, Adalah Cinta

Siapakah kita? Siapakah aku? Kenapa kita dilahirkan ke dunia ini? Kenapa kita besar dan sekolah? Buat apakah semua ini? Dan, bagaimanakah akhirnya? Semua pertanyaan ini mungkin tidak akan mendapat jawabannya hingga kita menutup mata. Namun selama aku hidup, inilah yang aku percaya … Bahwa aku ada karena cinta. Bahwa aku hidup untuk cinta. Dan suatu hari aku akan berpulang kembali ke cinta. Cinta bukan berarti selalu tertawa. Bukan berarti selalu bersedih. CInta bukan berarti selalu mengetahui. Tapi, cinta berarti selalu memahami. Siapakah kita? Siapakah aku? Pada akhirnya, aku hanya bisa menjawab. Bahwa jati diri kita hanyalah satu, yaitu cinta. Karena, kalau bukan karena cinta, keberadaan kita di dunia pastilah kehilangan makna.
Kalau hidup adalah pilihan, maka seharusnya bahagia itu sederhana. Sesederhana hatiku memilihmu.

Pulang

Aku selalu percaya, tujuan kita hidup di dunia tak sekedar bernapas, makan, bersekolah, mengerjakan pe er, dan hal semacamnya.  Aku percaya, hidup adalah perjalanan untuk mencari jati diri. Kita hidup untuk menemukan siapa kita sebenarnya. Ada yang menemukan jati dirinya dengan mudah, ada yang menemukan jati dirinya dengan serangkaian kejadian dan peristiwa pahit.  Aku berkaca pada hidup yang terkadang lucu. Pada orang yang aku kagumi. Pada orang-orang yang aku sayang. Kita, manusia, sedang berpetualang mencari jati diri. Mencari jalan untuk menembus waktu dan menyatukan keping-keping masa lalu. Hidup adalah perjalanan mencari jati diri. Lebih dari itu, hidup adalah perjalanan untuk mencari jalan pulang. Ke sebuah rumah yang hangat. Yang di dalamnya berisi tawa dan peluk hangat dari orang-orang yang kita sayang.  Sebuah rumah yang membuat kita tak ingin pergi lagi, karena kehadiran mereka membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang lebih hidup, manusia yang pen

Kamu

Pertemuan pertama kita terekam jelas di otakku. Aku sering memainkan adegan itu dalam gerak lambat. Mengingat, mereka, dan merasakan setiap helai gerakanmu. Ingatkah kamu, waktu itu aku hampir celaka? Kamu ada di sana. Aku ada di sana. Terluka. Kini, aku hanya ingin menghentikan waktu, dan mempigurakan senyummu yang selalu mampu membuatku tenang. Walau dalam badai, meski dalam tangis, dan senja merah yang manis. Mungkin kita adalah dua sisi koin yang ditakdirkan berpasangan. Mungkin di saat seperti ini, kita baru paham seperti apa bentuk rindu yang menelusup pelan. Kala diam. Kala hening. Kala malam. Jika rasa ini memang nyata, maka ajari aku, tetap melaju tapi tak terjebak waktu. Tetap berpusar tanpa harus terlempar. Tetap mengalir tanpa harus berpikir Kamu. Ketika rumus fisika majal, matematika menemui ajal, kimia tak lagi berguna, dan biologi hanya kata tanpa arti. Kamu, ketika cinta menjelma menjadi satu definisi. Pasti.

Pernah

Aku mengerahkan rasa yang kupunya pada ujung jemari. Membuatnya menari bersama hujan yang menyapa Bumi. Kamu membenci hujan. Becek, lembab, basah dan membuatmu merana. Namun kita sama-sama mencintai pelangi setelah hujan reda. Hujan, tak selalu menghantarkan rindu. Terkadang dia mengirimkan tetesan yang memukul dinding masa lalu.  Aku pernah bertanya: bisakah hujan melarutkan rasa gundah? Sayang, hujan terlalu malas untuk berbalas sapa. Aku pernah mencintai hujan yang membantuku menyamarkan air mata. Aku membenci kepalsuan tapi harus tersenyum walau duka meraja. Bagiku, romantis bukan ketika menatap hujan yang merintik dalam gerak lambat. Tapi merekam setiap senyum yang pernah kamu buat. Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan tadi.  Kamu, jarang merangkai aksara indah. Tapi kamu selalu berhasil mengusir airmata dan menghadirkan tawa.  Namun, semua yang kini aku genggam hanyalah satu kata: pernah. Bisa

Kamu

Kadang, aku merasa kamu adalah keindahan yang tak terjamah. Namun, semakin lama kita bersama, aku sadar, keindahan yang sesungguhnya tak perlu mewah. Sering, hanya dengan menatap senyummu, aku sudah merasa bahagia. Aku menyukai semua yang kita punya saat ini. Kehampaan yang dulu pernah singgah, perlahan-lahan pergi, sejak kamu di sini. Kamu tau kenapa kamu istimewa? Karena kamu adalah jawaban dari istilah ‘bahagia itu sederhana… Ah, cinta memang sederhana. Manusia yang menjadikannya penuh ukiran rumit, dan berbelit-belit. :’)

Cinta Pertama

Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan melihat orang yang menyebalkan, yang jahil, yang cuek, tapi selalu membuatku tertawa. Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan melihat orang yang nggak pernah mau mengalah, orang yang seenaknya saja, namun juga orang pertama yang akan bertanya, “apa aku baik-baik saja?” Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku, kamu akan tahu bahwa kamulah satu-satunya.  Seandainya kamu bisa melihat kamu dari mataku… Kamu akan tahu, aku sedang melihat cinta pertama. 

Pertanyaan, dan Kamu

Kamu adalah sebuah cerita, yang baru saja bermula. Dan sebuah lagu, baru di bait ke satu.. Kamu adalah sebuah perjalanan. Yang baru saja meninggalkan, pekarangan rumah di depan. Dengan segala peraturan dan kebosanan. Kamu adalah sebuah gangguan, bagi sederet rutinitas. Kamulah yang melembutkan, kejenuhan yang mengeras.. Kamu adalah setangkai bunga yang segar, yang selalu mencari, di manakah sinar matahari memancar. Kamu sebuah awal baru yang senantiasa membuatku berpikir: Adakah kesempatan bagiku, untukmu jadi sebuah akhir? Kamu. Empat aksara yang senantiasa membuatku bertanya-tanya. Di kamu kah masa depan berada?